Kamis, 01 Maret 2018

Perayaan Cap Go Meh Singkawang: Penerimaan di Pawai Lampion








Rabu (28/2) menjadi penghabisan bulan yang semarak di Singkawang, sebuah kota kecil yang berjarak 3 jam Pontianak, Kalimantan Barat. Di langit yang menuju purnama, manusia dengan berbagai asal, suku, dan usia tumpah ruah sepanjang Jalan Firdaus hingga Jalan GM Situt. Pawai Lampion dalam rangka perayaan Cap Go Meh adalah sebabnya. Sebelumnya ketika langit masih berwarna senja, acara ini dibuka dengan ritual "Buka Mata Naga" oleh salah satu Tatung.

Sayangya, saya baru bisa menginjakkan kaki di kota ini pada saat semua orang sudah mengambil posisi strategis menonton pawai. Gawat, saya akan kehilangan banyak momen berharga, pikir saya ketika berusaha menyelip kerumunan. Saya juga mau punya bukti foto dan video bagus, dong.
Riuh Suasana Pawai. Foto Milik mas Vega


Ternyata setelah semakin lama berada dalam kerumunan manusia, saya menyadari saya tidak bisa mengidentifikasi perbedaan di sini. Tak ada beda turis ataupun warga lokal. Mereka yang berbicara bahasa Melayu pun terlihat serupa dengan pengguna bahasa Khek atau Jawa. Semua sama, melambai kegirangan setiap mobil hias yang membawa lampion dan pemerannya melintas di depan mereka.
Mobil Hias Ako dan Amoi Singkawang. Foto Milik Kak Reivo

Amoi Singkawang Ikut Pawai Lampion. Foto kak Reivo

Senyum tipis dari pemudi Dayak. Foto oleh Catatan Backpacker


Antusias ini tak berubah sejak barisan pawai dibuka dengan Naga dan mobil hias walikota, hingga barisan paling belakang. Ketika saya mencoba berjalan searah dengan bergeraknya mobil peserta, penonton dari hulu ke hilir kompak melambai, tersenyum, dan menyapa. Lampion-lampion yang disusun bervariasi di tiap mobil hias peserta, mempertajam suka cita dan senyum yang terlihat sepanjang acara.
Lampion dan Senyumnya sama Indah. Foto kak Reivo

Senyum yang tetap sama indahnya. Foto milik Catatan Bacpacker


Ternyata untuk berbahagia, cukup dengan menyadari bahwa kita adalah manusia. Entah akan seberbeda apa kita antara satu dengan lainnya. Tak usah takut membagi senyum pada ia yang tak dikenal atau terkenal, hanya lakukan saja. Sesuai namanya, Pawai Lampion benar-benar berisi pelita yang memberi pelajaran sekaligus perayaan bagaimana menjadi manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar